Tahun Baru Islam Momentum Introspeksi Diri
Hari Selasa, 7 Desember 2010, besok merupakan tahun baru Islam. Karena itu, sepantasnya umat Islam memaknai tahun baru ini dengan mengoreksi diri, berusaha memperbaiki diri untuk "hijrah" dari masa lalu yang "kurang baik ke arah yang lebih baik". Terlebih bagi Bangsa
Momentum hijrahnya Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wassalam (saw) bersama kaum muslimin dari Mekah menuju Madinah. Kejadian itu dijadikan tonggak awal perhitungan tahun Islam. Dipilihnya hijrahnya Rasulullah saw karena kesempatan itu penuh arti, yaitu terbentuknya masyarakat Islam yang mandiri dan berdaulat.
Contoh yang diberikan Rasulullah bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan memimpin umat. Mendapat tekanan di Mekah Nabi Muhammad saw memutuskan hijrah ke Madinah, bersama umat Islam pengikutnya, kemudian melanjutkan perjuangan dakwahnya. Dengan berserah diri kepada Allah dan berkat kegigihan perjuangan Rasulullah yang dibantu para sahabat pilihan, Islam akhirnya berkembang dengan sangat pesat.
Sebagai awal tahun Islam yang diprakarsai Khalifah Umar ibn Khattab bersama para sahabat Rasulullah, sekitar tahun 638 M, jelas memiliki maksud suci, menumbuhkan spirit perjuangan bagi seluruh kaum muslimin sepanjang masa. Bukan saja dalam hidup beragama, tetapi juga dalam menjalani kehidupan sosial, ekonomi, politik, hukum. Hijrah tidak hanya dimanfaatkan untuk terus mengasah iman berdasarkan perintah Allah, tetapi sekaligus menguji dan melihat kadar keikhlasan serta pengorbanan kaum muslimin. Banyak yang harus dicontoh dari Rasulullah, baik oleh umat maupun para pemimpin dalam kekinian. Dalam kondisi sekarang, para penguasa negeri seharusnya bertanya pada diri sendiri, apa yang masih kurang, sehingga ketidakpuasan muncul dari berbagai penjuru? Di zaman Rasulullah, saat hijrah ke Madinah, umatnya rela meinggalkan harta, keluarga dan kenikmatan dunia, kenapa pemimpin di negeri ini tak mampu menumbuhkan patriotisme rakyatnya,belajar pada perjalanan hidup Nabi Muhammad saw, termasuk saat memutuskan hijrah dari Mekah ke Madinah, sepertinya apa yang telah kita lakukan sangat jauh dari apa yang telah dicontohkan Rasulullah. Kita sering lupa, entah sebagai pribadi atau pemimpin, lebih menuntut dilayani dibanding melayani. Tak sedikit pemimpin yang menuntut hormat dari orang yang dipimpinnya, tetapi lupa melaksanakan kewajiban, antara lain dalam menyejahterakan rakyat.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda